19 September 1948 - KUDETA

Sikap Pernyataan Bung Karno


Aksi-aksi FDR / PKI berupa tindakan kekerasan dan berbagai provokasi dalam rangka pembentukan Negara Sovyet Indonesia, pada gilirannya dengan serius ditanggapi oleh para pemimpin Republik. Presiden Soekarno yang melihat kekacauan di dalam tubuh Angkatan Bersenjata maupun rakyat akibat aksi-aksi FDR / PKI, menjadi geram.

Presiden Soekarno melihat bahwa apa yang telah dilakukan oleh Muso dan komplotannya sangat membahayakan persatuan dan kesatuan serta kedaulatan Republk Indonesia.

Kegeraman Presiden Soekarno itu semakin memuncak manakala dalam suatu penggrebegkan di rumah Amir Sjarifuddin ditemukan dokumen-dokumen yang berisi rencana jahat FDR / PKI untuk menghancurkan Republik Indonesia. Dalam suasana yang demikianlah itu Presiden Soekarno menegaskan sikap dengan berpidato di RRI Yogyakarta yang isinya adalah sebagai berikut :

Pendengar-pendengar sekalian, rakyat Indonesia yang kucintai. Kemarin saya berbicara kepada saudara-saudara, sekarang saya berbicara lagi. Dengarlah !

Pada saat tanah air kita mengalami suatu percobaan besar. Selagi kita sedang bersengketa dengan Belanda yang menghendaki persatuan rakyat yang bulat di belakang pemerintah, supaya kedudukan kita dalam persengketaan ini menjadi kuat. Selagi kepentingan Negara menghendaki persatuan rakyat, dipecahkan persatuannya oleh pengacau-pengacauan.

Perjuangan politik yang sehat, memang menghendaki untuk menyuburkan demokrasi kita. Memang dengan tegas pemerintah dengan ucapan Wakil Presiden dalam Badan Pekerja tanggal 16 bulan ini mengatakan, bahwa pemerintah menghormati segala macam ideologie. Bahkan ideologie, betapa pun juga coraknya tidak akan ditindas oleh pemerintah. Tetapi tindakan anarki darimanapun datangnya dan kekacauan-kekacauan yang membahayakan Negara dan mengganggu keselamatan umum akan dibasmi.

Pemerintah hanya akan menunjukkan tindakan correctief kepada pengacau-pengacau yang membahayakan Negara dan membahayakan keselamatan umum. Tindakan pengacau itu tidak sedikit terjadi pada waktu yang terakhir ini. Nyatalah sekali, bahwa tindakan itu dikemudikan oleh lebih dari satu dalang yang satu sama lain barangkali tidak ada hubungannya. Tetapi mereka bersatu dalam tujuan, yaitu merobohkan Pemerintah Republik Indonesia.

Nyata sekali, bahwa tujuan-tujuan pengacau itu ialah menimbulkan kegelisahan dalam masyarakat dengan menggedor rakyat, memanaskan hati rakyat dan sebagainya, supaya kepercayaan kepada pemerintah menjadi hilang. Alat-alat kekuasaan Pemerintah dicobanya dihasut dan dipengaruhi, guna menyukarkan kehidupan di masa sekarang. Tentara yang sejak dahulu berada di daerah pedalaman, diadu dombakan dengan tentara hijrah, teristimewa terhadap Tentara Laut. Tentara hendak dipecahkan supaya lumpuh, agar supaya mereka gampang merobohkan pemerintah.

Dalam Divisi V di Solo, dapat masuk beberapa elemen pengacau yang dikepalai oleh Jadau dan Sujoto, kedua-duanya dari Tentara Laut yang dibubarkan, karena tidak ada gunannya. Akhirnya terjadi bentrokan antara kedua bagian tentara di Solo itu. Sebenarnya bentrokan ini mudah diselesaikan dan didamaikan, tetapi para pengacau tidak menginginkannya. Mereka terus menghasut. Bentrokan ini hendak dijadikan soal politik dan pertentangan politik.

Disini dengan tegas kami nyatakan, bahwa opsir-opsir Jadau dan Sujoto itu dipecat dari tentara. Saudara-saudara, sekarang kami perlu lagi memberitahukan kepada saudara-saudara, suatu peristiwa yang lebih penting lagi ke saudara-saudara.

Saudara-saudara ! camkan benar apa artinya itu : Negara Republik Indonesia yang kita cintai, hendak direbut oleh PKI Muso. Kemarin pagi PKI Muso, mengadakan coup, mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun dan mendirikan di sana suatu pemerintahan Sovyet, di bawah pimpinanan Muso. Perampasan ini mereka anggap sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintahan Republik Indonesia atau bisa di sebut kudeta.

Terlihat bahwa peristiwa Solo dan Madiun itu, tidak berdiri sendiri, melainkan adalah suatu rangkaian tindakan untuk merobohkan Pemerintah Republik Indonesia. Buat itu digunakanlah kesatuan dari Brigade-29, bekas Lasykar di bawah pimpinan Letnan Kolonel Dahlan. Selain itu, Dahlan ini, kami pecat dari tentara.

Saudaraku sekalian, dengarkanlah benar-benar apa artinya yang telah terjadi itu. Negara Republik Indonesia hendak direbut oleh PKI !

Rakyat yang kucinta ! Atas nama perjuangan untuk Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu : “Pada saat yang begini genting, dimana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan antara dua : ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negeri apa pun juga.

Saya percaya bahwa rakyat Indonesia yang sudah sekian lama berjuang untuk mencapai kemerdekaannya, tidak akan ragu-ragu dalam menentukan sikapnya. Dan jika tidak ragu-ragu berdiri di belakang kami dan pemerintahan sekarang yang sah, bertindaklah tidak ragu-ragu pula. Bantulah pemerintah ! Bantulah alat pemerintah dengan sepenuh-penuh tenaga untuk memberantas semua pemberontakan dan mengembalikan pemerintahan yang sah di daerah yang bersangkutan. Rebut kembali Madiun ! Madiun harus lekas di tangan kita kembali !.

Bersama ini pula juga kami umumkan, bahwa semua perusahaan yang vital di manapun, sebagai post, telepon, telegraf, kereta api, gas dam listrik, pabrik-pabrik Negara yang menghasilkan minyak, gula, textile dan banyak lagi lainya, sekarang dimiliterisasi, dan terhadap semua pegawai yang bekerja disini, berlaku undang-undang dan peraturan militer.

Saudara-saudara, kami tahu, bahwa dari pihak PKI sejak beberapa waktu yang akhir ini melakukan penindasan jiwa yang sistematis kepada buruh, tani, pemuda, pegawai, rakyat yang dilakukannya intimidasi dan ancaman.

Jika saudara-saudara, betul-betul mau membela kebenaran, jangan takut kepada gertak dan ancaman. Berjuang dan bergeraklah bersama dengan pemerintah dan alat-alat pemerintah untuk kemerdekaan saudara dari perasaan takut, dan untuk mencapai demokrasi yang sebenar-benarnya, dimana tidak ada paksaan dan ancaman.

Posting Komentar

Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak